INDUSTRI KREATIF - Oleh karena itu, terkadang seorang desainer grafis justru mendapatkan arahan desain yang bagus dan tidak dari nondesainer, atau dalam hal ini adalah kliennya, yang notabenenya justru tidak mengerti prinsip-prinsip dalam desain.
Untuk mengatasi permasalahan ini, desainer harus paham dan mampu menjelaskan apa itu desain grafis kepada nondesainer. Terlebih kepada klien, desainer harus punya alasan untuk setiap elemen grafis yang dibubuhkan pada setiap desain, baik itu warna, tekstur, bentuk, dll. Hal ini akan membuat mereka paham bahwasanya desainer bekerja berdasarkan teknik dan metode tertentu dalam menyampaikan pesan secara visual, bukan sekadar asal meletakkan elemen grafis pada sebuah karya desain. Intinya, tidak asal-asalnya dalam membuat sebuah karya desain.
Lalu, bagaimanakah agar seorang desainer grafis tetap berdaya guna dan terus dapat mengibarkan bendera kreativitasnya dengan baik?
#1: Adapt or Die!
Desainer grafis ibarat seekor bunglon, yang harus bisa menyesuaikan diri dengan baik dalam setiap projek. Oleh karena itu, pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang pun dibutuhkan. Karena setiap klien akan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Hal ini yang membuat kenapa desain grafis merupakan profesi yang sangat berat.
Seorang street artist adalah seniman idealis. Bila ia masuk ke industri desain grafis, akan sering beradu argumen dengan klien. Padahal, desain grafis adalah pemecah masalah dan pemberi solusi bagi klien. Mengapa bisa begitu? Karena street artist biasanya sangat fanatik dengan gaya visualnya sendiri, sehingga tidak bisa mengubah style-nya sesuai dengan brief yang diberikan oleh klien. Tugas seorang desainer grafis profesional harusnya menjadi pemberi solusi bagi masalah visual yang tengah dihadapi klien. Maka, jadilah ‘bunglon’ yang baik, ya.
#2: Skill to Win, Style to Shine!
Menguasai software grafis seperti Photoshop, CorelDraw, dan Illustrator saja tidak cukup. Namun, memiliki sense of estetika yang tinggi dan kemudian mengeksekusinya dengan bantuan software, itu baru benar. Keduanya saling berkaitan. Memiliki seni yang tinggi tapi tak bisa mengoperasikan software sama juga bohong, begitu pula sebaliknya. Memiliki kemampuan menggambar manual juga akan menjadi poin plus tersendiri. Selain itu, harus memiliki lautan ide yang banyak, memiliki keterampilan komunikasi yang baik, dan juga cara memasarkan skill.
#3: Menentukan Karier
Ada tiga macam tempat bagi seorang desainer grafis untuk melesatkan kariernya, yaitu Studio, In-House, dan Freelance. Agar karier ke depannya tidak membingungkan dan berantakan, mungkin bisa mencoba salah satunya, ya.
STUDIO
Artinya, bekerja di studio desain sejenis advertising, agency, dan studio kreatif lain. Dalam kondisi ini biasanya desainer akan menghadapi beragam klien dengan berbagai tipikal masing-masing. Selain itu, desainer di studio biasanya harus bekerja dalam deadline yang padat, dan bekerja dengan deadline yang sangat mepet setiap hari bisa mengakibatkan desainer miskin ide, dan jarang mengaplikasikan proses kreatif dalam pembuatan desain. Hati-hati bila hal itu terjadi. Penyegaran kreativitas harus senantiasa dilakukan agar tidak mampet lubang kreativitasnya.
Standar jam kerja pada studio desain biasanya berkisar antara 7-9 jam perhari. Bila dipikir, ini akan membuat desainer tidak punya cukup banyak waktu untuk melakukan penyegaran baik bagi tubuh maupun bagi otak dan ide-ide kreatifnya. Padahal, keadaan yang demikian diperlukan desainer untuk menciptakan ide-ide kreatif pada saat membuat sebuah desain.
Namun, desainer yang bekerja di studio desain biasanya akan lebih mampu menguasai desain dan penggunaan tool-tool desain karena mereka diharuskan bekerja dengan cepat oleh perusahaan. Selain itu, variasi project yang dikerjakan akan mengasah kemampuan desain dari desainer itu sendiri.
Nilai plus lain dari desainer yang bekerja pada studio desain adalah kondisi kerja yang ramai dalam suatu perusahaan, sehingga mungkin desainer tidak akan mengalami kebosanan. Satu lagi, desainer yang bekerja di studio desain biasanya mendapat penghasilan secara tetap dengan jumlah yang lumayang pakai banget.
IN-HOUSE
Desainer In-House biasanya bekerja dengan lebih santai karena project yang harus dikerjakan tidak sebanyak desainer yang bekerja di studio desain. Selain itu, desainer In-House biasanya punya penghasilan yang besar, karena bila ada proyek dikerjakan sendiri dan hasilnya pun dinikmati sendiri. Akan tetapi, proyek yang itu-itu saja mengakibatkan desainer tidak mendapat cukup latihan untuk pengembangan ilmu desain maupun penguasaan tool. Sehingga, ada kesan desainer In-House akan mengalami peningkatan skill yang lambat, kecuali dia adalah seorang pembelajar yang sangat giat dan penuh semangat. Ya itu pasti lah, ya.
Artinya pula, dia menjadi freelancer yang berarti memiliki kebebasan waktu yang sangat baik, bahkan berlebih. Menjadi desainer grafis freelance berarti harus membangun pasar sendiri dan menjemput bola untuk mendapatkan orderan kerjaan. Desainer freelance akan memiliki kebebasan waktu yang cukup, akan tetapi bisa jadi mengalami kebosanan, dan gaji yang tidak tetap sehingga sering menimbulkan kekhawatiran bagi diri sendiri. Apalagi, bagi yang sudah berkeluarga. Tapi tidak apa-apa. Di era di mana internet sudah menjadi tool keren untuk marketing, hal-hal seperti itu tak usah dikhawatirkan. Sudah banyak kan freelancer yang sukses.
#4: Always Happy and Fun
Sangat tidak lucu bila seorang desainer grafis tidaklah kreatif. Tapi, bisa jadi terkadang kreativitas memang mengalami kementokan. Terdapat beberapa cara agar menjadi pribadi yang kreatif dan memiliki stok ide yang cukup baik.
Jadilah pribadi yang periang dan penuh gairah. Kondisi seperti itu akan membuat pikiran selalu fresh dan bersemangat mengerjakan proyek-proyek. Selain itu, tetaplah tenang dalam menghadapi setiap permasalahan—dalam kasus ini proyek-proyek yang sulit untuk diselesaikan. Deadline hanyalah pemacu agar kita berusaha lebih keras dan memaksimalkan kreativitas. Percayalah, saat telah berhasil menyelesaikan ‘tantangan’ proyek tersebut, rasanya akan sangat memuaskan sekali.
Jangan lupa pula, desainer juga butuh udara segar, gak ada salahnya berkeliling menghirup udara segar dan memanjakan mata dengan pemandangan pemandangan yang bagus. Hal ini biasanya akan membuat pikiran jadi lebih fresh untuk siap kedatangan ide-ide baru.
#5: Koleksi Inspirasi
Sudah tidak asing lagi, menyimpan berbagai inspirasi dari yang bersifat maya hingga nyata, adalah kesibukan seorang desainer. Browsing berjam-jam biasanya memang hanya untuk mencari inspirasi. Nah, agar kreativitas tetap berjalan, arsipkanlah segala yang telah disimpan dalam komputer, pilah-pilahlah apakah itu file gambar berupa brosur, poster, flyer, wallpaper, dan inspirasi lainnya. Agar suatu saat, dapat dengan mudah untuk dipanggil kembali inspirasi tersebut.
#6: Bergabung dengan Komunitas
Ada banyak forum desain dalam dunia maya. Apalagi, setelah adanya Facebook, banyak sekali grup-grup yang bisa digunakan sebagai komunitas pembelajaran, misalkan DesignDiary, JogjaForce, Tribute Troopers, Institut Vector Indonesia, dan lain sebagainya. Komunitas atau organisasi secara offline yang harus diikuti adalah Asosiasi Desain Grafis Indonesia, yang tiap kota besar biasanya ada chapter-nya. Atau, bikinlah komunitas sendiri. Di Depok, ada Depok Creative yang diketuai oleh Lahandi Baskoro, misalnya dan masih banyak lagi komunitas-komunitas yang berbasis sharing kreativitas secara rutin dan seringnya juga gratisan.
Bergaul dengan sesama desainer dan membicarakan hal seputar desain memang mengasikkan. Namun, cobalah untuk menjelajah keluar dan berbaur di luar komunitas desain. Bergaullah dengan komunitas crafting, rubik, BMX, skateboard, musik, dan lain sebagainya yang justru bisa menimbulan wawasan baru dan juga kreativitas baru. Agar tidak monton dan dinamis dalam menjalani aktivitas.
#7: Hidup Sehat
Bergadang, rokok, dan kopi mungkin bagi sebagian desainer adalah pacar kedua setelah komputer. Tapi, mengatur pola hidup jauh lebih penting. Selain itu, juga membuat pikiran fresh dan membuat ide mengalir deras. Biasakanlah untuk memperhatikan pola makan, pola tidur dan berolahraga. Buat apa banyak harta tapi badan tak sehat. Buat apa kreatif tapi badan tak sehat.
#8: Memasang Portofolio
Koleksi hasil karya sangat penting. Dalam ranah online, banyak sekali website yang menyediakan tempat untuk menyimpan portofolio yang bisa menjadi bargainning position dan bisa ditawarkan kepada klien, misalnya adalah deviantart.com, behance.net, shadowness.com, dan lain sebagainya. Dalam pembuatan kartu nama, dan alamat promosi pribadi lainnya, cantumkan selalu alamat website yang menjadi tempat penyimpanan portofolio. Lebih bagus lagi, bila website tersebut adalah web pribadi.
#9: Mengoleksi Buku dan Majalah
Mengoleksi buku dan majalah berbau desain grafis juga suatu keharusan. Di internet, banyak sekali majalah grafis yang formatnya digital. Silakan untuk berselancar di internet mencarinya. Banyak yang gratis unduh. Sedangkan buku-buku desain grafis, untuk produk lokal sekarang sudah lumayan banyak. Apalagi yang bersifat tutorial untuk CorelDraw, Photoshop, dan juga Illustrator, sangat banyak sekali. Jika ingin mendapatkan buku-buku superkeren tentang desain grafis, kunjungi saja toko buku Kinokuniya. Saya jamin, akan betah seharian di sana.
#10: Aksi Sosial
Selain terus sibuk meningkatkan skill, dan terus mengerjakan orderan klien, jangan pernah lupa untuk bersosialisasi dan melakukan aksi sosial. Seorang desain grafis adalah seorang yang kreatif. Lakukanlah aksi sosial dengan sharing ilmu, pengetahuan, ataupun skill. Bisa saja lewat blog, atau lewat seminar-seminar kecil berbasis komunitas kreatif. Selain sebagai sebuah rasa syukur atas kemampuan yang kamu miliki, juga sebagai personal branding yang lebih baik ke depannya.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar