Minggu, 06 Maret 2016

5 Kekhawatiran Pebisnis Pemula yang Harus Dihindari

Menjadi creativepreneur memang tidak mudah. Apalagi, bila kita sering terserang dengan kekhawatiran-kekhawatiran, seperti:

1 - Memulai Bisnis Itu Sulit

Pada dasarnya, memulai bisnis itu mudah. Yang sulit, justru memertahankan bisnis tersebut. Tanyalah pada semua creativepreneur, kunci sukses bisnis adalah pada langkah-langkah tepat yang kita ambil, baik saat bisnis tersebut baru dimulai, maupun sudah berjalan.

Makin berkembang bisnis kita, makin banyak ujian yang menerpa.

Itu sudah hukum alam. Tidak perlu panik, tak perlu takut.

2 - Ide Ini Perlu Dieksekusi Tidak?

Kita bisa mempelajari bisnis dalam dua cara yaitu: dengan uang kita sendiri, atau dengan uang orang lain. Kita bisa belajar dari pengalaman buruk yang kita alami maupun yang dialami oleh orang lain. Tentu saja, akan lebih murah jika kita bisa belajar dari pengalaman buruk orang lain karena kita belum sempat mengalami kerugian.

Teruslah cari kemungkinan-kemungkinan, apakah kamu yakin atau tidak bahwa ide bisnismu bisa diwujudkan.

3 - Ide Ini Biasa-Biasa Saja

Pendapat yang mengatakan bahwa sebuah gagasan itu harus unik untuk dianggap sebagai gagasan yang bagus adalah pendapat umum yang menyebalkan dan keliru. Ketika kita minta pendapat atau menanyakan gagasan kepada seseorang, pada umumnya mereka akan mengatakan “Wah, ini keren sekali! Unik!"

Seakan-akan kalau belum ada yang melakukannya berarti merupakan gagasan yang pasti bagus. Mereka tidak menyadari bahwa gagasan semacam itu belum tentu bagus.

Keunikan gagasan bukanlah menjadi syarat untuk memulai bisnis; kenyataannya kadang menunjukkan bahwa gagasanmu yang unik adalah gagasan yang buruk. Kita menginginkan suatu gagasan yang berlawanan dengan gagasan yang unik—kita ingin sesuatu yang sudah ada namun lebih banyak variasinya atau lebih baik dari yang sudah ada, misalnya pelayanan yang lebih baik dari bisnis yang sudah ada.

4 - Orang-Orang Menganggap Ini Semua adalah Ide yang Bodoh

Kebanyakan kerjasama bisnis tercapai melalui hubungan personal, bukan melalui permohonan. Orang-orang yang kamu kenal pada tahap memulai bisnis sangatlah penting. Maka dari itu, mengkhawatirkan gagasan kita akan dicuri orang lain hanyalah membuang-buang waktu saja.

Jika kamu hanya menyimpan gagasan untuk diri sendiri, kemungkinan memulai bisnis akan lebih kecil. Jika kamu tidak bisa mempatenkan gagasan, ada kemungkinan orang lain sudah memulai bisnis mereka berdasarkan gagasan yang sama dengan gagasan kamu.

Kunci supaya bisa merealisasikan gagasan bisnis Anda adalah mendapatkan nasehat, bimbingan, dan mentor yang tepat dari orang-orang yang tepat pula dalam bidang yang kamu minati; memiliki bisnis yang serupa; dan terpenting, kamu sudah membangun relasi kunci yang bisa kamu gunakan nanti saat bisnismu gagal.

5 - Aku Tak Punya Waktu Berbisnis!

Memulai bisnis menuntut usaha keras dan sumber daya, dalam hal ini waktu merupakan hal yang jelas-jelas kita perlukan. Kurang produktif merupakan salah satu masalah utama yang kebanyakan dihadapi oleh pemilik bisnis kecil.

Vilfredo Pareto adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal dengan Prinsip Pareto atau Aturan 80/20. Dia mengembangkan prinsip itu setelah menduga-duga bahwa 80% kekayaan Italia dimiliki oleh 20% dari seluruh populasi. Prinsip tersebut juga berlaku untuk bidang lain termasuk bidang bisnis. Sebagai contoh, 80 % dari penghasilan bisnis berasal dari 20% usaha pemilik dan manajemen.

Produktivitas merupakan masalah yang besar ketika kamu menjadi pemilik bisnis kecil karena waktu Anda amat sangat terbatas.

Ada kisah menarik tentang Yesi Morillo-Gual mengenail hal ini.

Yesi Morillo-Gual lahir dan dibesarkan di daerah Washingtyon Heights di kota New York sebagai salah satu dari lima anak dari pasangan suami isteri berwarganegara Republik Dominika.

Ayahnya bekerja selama 16 sampai dengan 18 jam sehari sedangkan ibunya di rumah mengurus anak-anak. Pada umur lima tahun, kehidupan Yesi berubah ketika tiba-tiba ayahnya meninggal dunia. Tragedi ini menciptakan beban luar biasa di pundak ibunya yang harus mengurus lima anak sementara mereka tinggal di daerah paling miskin di kota New York.

Pada saat Yesi berumur tujuh tahun, pekerjaan pertamanya dan pengalaman kewirausahaannya dia dapatkan di supermarket setempat. Dia menyaksikan masalah (pain point) yang ingin diselesaikan oleh manajernya.

Yesi mengamati bahwa menjelang toko tutup banyak sekali pengembalian barang (go backs) di setiap gerai kasir (go backs adalah barang yang tidak lagi diinginkan pelanggan pada saat pelanggan sampai pada gerai kasir sehingga pelanggan mengembalikan barang-barang yang tidak ingin mereka bayar.

Barang-barang tersebut harus dikembalikan ke raknya masing-masing oleh petugas. Kasirlah yang bertanggung jawab untuk mengembalikan barang-barang tersebut. Terkadang pengembalian barang ke rak memakan waktu sampai satu jam. Manajer harus membayar lembur para kasir yang mengembalikan barang-barang tersebut dan rata-rata menghabiskan $60 per malam.

Yesi menangkap kesempatan ini dengan menawarkan kepada manajer untuk mengembalikan barang-barang tersebut dan bersedia dibayar hanya $30 per malam.

Pendek kata, dia melihat kesempatan, waktu yang tepat, dan manfaat untuk pelanggan, dan juga bisa menyediakan layanan dengan harga yang bagus.

Pelajaran yang dia petik adalah, “seringkali dalam kehidupan ini, kita hanya perlu meminta apa yang kita inginkan.” Lebih mudah menerima apa yang kita inginkan yang sekaligus menjadi manfaat bagi pelanggan. Hal ini juga berlaku pada bisnis kecil. Caranya: Lebih mudah membuat pelanggan membayar lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan yang akan menambah nilai bisnis kita. Harga bukan lagi masalah namun nilai tambah bagi bisnis kita yang lebih penting untuk dipertimbangkan.

Daripada menunggu keberhasilan dan kemakmuran untuk menghampirinya, dia ini menjadi wiraswasta berantai (wiraswasta yang memulai satu bisnis kemudian berpindah ke bisnis lain lagi, begitu seterusnya) dengan membuka kenotariatan, VA (Virtual Assistant/Asisten Maya), dan membentuk jaringan acara-acara untuk merencanakan bisnis. Bisnis kenotariatan dan VA-nya dimulai akhir tahun 80an dan awal tahun 90an sampai Yesi bisa membayar biaya kuliahnya. Dia berhasil membayar kuliah S1, program Magister, dan 80% dari biaya program Doktornya. “Saya ingat betul waktu itu saya mengerjakan tugas-tugas kuliah sebagian besar di kereta api pada saat saya berangkat dan pulang kerja.”

“Salah satu kesalahan terbesar adalah biasanya orang menunggu sampai dia dipecat baru memulai bisnis,” Yesi melanjutkan. “Akibatnya mereka harus belajar terlalu banyak dalam waktu yang terbatas untuk memulai bisnis sehingga harapan untuk memperoleh uang terlalu tinggi dan situasi seperti ini meningkatkan kemungkinan untuk melakukan kesalahan dalam bisnis. Kesalahan ini tidak perlu terjadi jika saja mereka berpikir untuk memulai bisnis dalam keadaan yang lebih santai dan bukan dalam keadaan mendesak karena dipecat dari pekerjaan.”

Jelas sekali bahwa beban kebutuhan uang yang mendesak bisa melumpuhkan semangat untuk berwirausaha bagi orang-orang yang bukan wiraswasta. Dengan kata lain, waktu yang tepat untuk mulai berpikir tentang bisnis baru adalah pada saat kita masih punya pekerjaan utama sehingga transisi atau masa peralihannya tidak begitu terasa mendadak.

Seakan belum cukup, Yesi mendirikan perusahaan yang diberi nama Proud to Be Latina (Bangga Menjadi Orang Latin) yang memiliki misi mengentaskan kemiskinan dan membuka kesempatan bagi wanita yang berasal dari komunitas Hispanic.

Tujuan Yesi adalah untuk membantu wanita Hispanic meningkatkan kualitas hidup mereka melalui wirausaha dan pemberdayaan karir.

Jika kamu takut memulai bisnis karena merasa tidak punya waktu, semua orang tidak akan punya waktu untuk berbisnis. Kamu tidak punya waktu seperti kebanyakan orang karena Anda menghabiskan 80 persen waktu kamu untuk melakukan hal-hal yang tidak berguna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar